06
May

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

VOInews.id- Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan pada Sabtu (4/5) menyeru negara-negara Muslim untuk memberikan tekanan kepada Israel untuk mengakhiri penindasan terhadap warga Palestina dan mendesak solusi dua negara. Hal tersebut disampaikan Fidan dalam KTT Organisasi Kerjasama Islam (OKI) ke-15 di Banjul, Gambia. Fidan menekankan bahwa tidak ada satu anggota pun mempunyai hak untuk menyelesaikan perselisihan mereka mengenai “darah rakyat Palestina”. Menurut Fidan perlawanan terhadap pendudukan Israel bukan lagi perang antara Israel dengan Palestina melainkan perjuangan antara penindas dengan yang tertindas di seluruh dunia.

 

Menunjukkan bahwa Israel telah lolos dari tanggung jawab, Fidan mengatakan adalah tugas dari seluruh komunitas Muslim global untuk bersatu membela warga Palestina, menggunakan segala cara dan menunjukkan bahwa melanggar hukum internasional memiliki konsekuensi. Dia menggarisbawahi bahwa negara-negara Muslim harus membuktikan persatuan dan mereka dapat dapat mencapai hasil melalui diplomasi dan bila perlu dengan paksa. Fidan mengingatkan sejarah perpecahan pada negara-negara Muslim dan mengatakan hal ini tidak boleh terulang, dengan mengorbankan perjuangan Palestina demi persaingan regional. Satu-satunya pemenang dalam situasi tersebut adalah Israel dan para pendukungnya, demikian Fidan memperingatkan.

 

Dia menekankan bahwa masyarakat negara-negara Muslim mengharapkan hasil nyata dari pertemuan puncak di Banjul, dan menambahkan bahwa pengakuan Palestina oleh lebih banyak negara akan memberikan pukulan besar bagi Israel. Fidan menegaskan bahwa negara-negara OKI harus melakukan segala upaya untuk mengamankan keanggotaan penuh Palestina di PBB. KTT yang dihadiri 57 kepala negara anggota OKI tersebut, berlangsung hingga Minggu dengan tema utama “Meningkatkan persatuan dan solidaritas melalui dialog untuk pembangunan berkelanjutan, dan akan membahas isu-isu global, terutama situasi terkini di Palestina dan perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 34.000 orang. Selama KTT, tiga dokumen utama yaitu rancangan resolusi Palestina, rancangan pernyataan Banjul dan rancangan dokumen akhir, akan disampaikan kepada Dewan Menteri Luar Negeri dan selanjutnya dibahas dalam pertemuan puncak tersebut.

 

Sumber: Anadolu

03
May

 

VOInews.id- Kementerian Pendidikan Korea Selatan pada Kamis mengatakan kalangan universitas telah memutuskan untuk meningkatkan gabungan kuota penerimaan sekolah kedokteran tahun depan menjadi sekitar 1.500 kursi, kurang dari 2.000 kursi yang sebelumnya diizinkan pemerintah. Pengumuman itu muncul saat pemogokan besar-besaran oleh para dokter magang memasuki bulan keempat, sebagai protes atas kenaikan kuota sekolah kedokteran yang menurut mereka akan membahayakan kualitas layanan kesehatan dan pendidikan. Menurut kementerian dan Dewan Pendidikan Universitas Korea, sebuah asosiasi universitas jenjang empat tahun, sebanyak 31 fakultas kedokteran telah menyerahkan rencana penerimaan akhir mereka untuk 2025, yang menunjukkan peningkatan total sebanyak 1.469 kursi.

 

Mereka termasuk di antara 32 sekolah kedokteran yang diberi total 2.000 kursi penerimaan tambahan oleh pemerintah pada Maret. Delapan sekolah kedokteran di Seoul tidak mendapatkan kuota tambahan. Terlepas dari keputusan satu sekolah kedokteran yang tersisa, yakni Universitas Cha, total peningkatan gabungan akan berkisar antara 1.489-1.509 karena kuota universitas saat ini adalah 40 dan sekolah diperkirakan akan mencari penambahan antara 20 dan 40 kursi. Pemerintah pada awalnya mengalokasikan total 2.000 kursi tambahan untuk 32 sekolah kedokteran di luar Seoul.

 

Namun, pemerintah kemudian memutuskan untuk mengizinkan mereka menyesuaikan kuota penerimaan masing-masing untuk tahun depan dalam kisaran 50 hingga 100 persen dari kuota baru yang diberikan. Jika dihitung dengan total kuota saat ini, yaitu 3.058 untuk 40 sekolah kedokteran di seluruh negeri, revisi kuota sekolah kedokteran untuk 2025 akan berkisar antara 4.547 hingga 4.567 secara total. Sembilan sekolah kedokteran negeri di luar wilayah ibu kota telah memutuskan untuk menggunakan hanya sekitar 50 persen dari jatah kuota mereka.

 

Sementara itu, sebagian besar sekolah swasta telah memilih untuk sepenuhnya memanfaatkan jatah kuota mereka dalam rencana penerimaan mahasiswa baru pada 2025. Menurut rencana penerimaan universitas terkait pada 2026, fakultas kedokteran diharapkan untuk sepenuhnya memanfaatkan kuota yang dialokasikan pada tahun itu sehingga menghasilkan penambahan 2.000 kursi penerimaan lebih banyak dibandingkan dengan 2024.

 

Sumber: Yonhap-OANA

03
May

 

VOInews.id- Dana Anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) mendorong isu terkait pencapaian tujuan akses universal terhadap air, sanitasi dan kebersihan (WASH) pada 2030 dalam Forum Air Sedunia (World Water Forum/WWF) 2024. "Jadi, ada beberapa isu yang terkait pencapaian tujuan akses universal terhadap air, sanitasi dan kebersihan (WASH) yang ingin kami dorong," kata Spesialis WASH/Water, Hygiene, and Sanitation UNICEF Indonesia, Salathiel Nali, kepada ANTARA, di Jakarta, Kamis.

 

Beberapa isu tersebut, kata dia, didorong untuk mewujudkan akses yang universal terhadap air, sanitasi dan kebersihan pada 2030. Beberapa isu yang ada saat ini tersebut antara lain adanya kemajuan yang tidak merata. Nali menyatakan bahwa meski terdapat kemajuan dalam cakupan pasokan air, kemajuan tersebut tidak tersebar secara merata di seluruh wilayah. Selain tidak meratanya kemajuan di antara satu wilayah dengan wilayah lain, kualitas air juga menjadi tantangan saat ini. "Hanya karena ada akses terhadap air, bukan berarti air tersebut aman untuk diminum," katanya. Selain itu, kelangkaan air juga menjadi tantangan berikutnya karena keterbatasan sumber air tawar semakin meningkat. Lebih lanjut, Nali juga menyebut keberlanjutan sistem WASH sebagai tantangan lain yang harus diatasi karena memelihara dan mengelola sistem WASH dalam jangka panjang, menurutnya, merupakan sebuah tantangan.

 

Sementara itu, perubahan iklim juga menjadi salah satu tantangan utama karena bencana iklim dan kejadian cuaca ekstrem mengancam infrastruktur WASH yang sudah ada. Selain itu, tantangan juga muncul akibat adanya kesenjangan akses, di mana kelompok rentan seperti kelompok warga miskin atau mereka yang berada di daerah terpencil kemungkinan besar tidak memiliki akses terhadap layanan WASH. Dan terakhir, tantangan lain yang Nali sebutkan adalah terkait fenomena buang air sembarangan, di mana hampir 1 miliar orang masih melakukan buang air besar secara sembarangan sehingga menimbulkan risiko besar terhadap kesehatan.

 

"Secara keseluruhan, permasalahan utamanya adalah kesenjangan yang signifikan antara tujuan ambisius Agenda 2030 dan fakta saat ini terkait kesenjangan akses terhadap layanan WASH yang aman dan berkelanjutan," demikian katanya. WWF ke-10, yang akan digelar di Bali pada 18-25 Mei 2024, mengangkat tema "Water for Share Prosperity" dengan harapan bahwa kerja sama internasional dapat diperkuat dan inovasi dalam pengelolaan air yang berkelanjutan dapat didorong sehingga air dapat menjadi sumber kehidupan dan kemakmuran bagi semua orang.

 

WWF ke-10 itu akan fokus membahas empat hal, antara lain tentang konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).

 

 

Antara

02
May

 

Voinews.id- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Selasa mengatakan dia prihatin dengan rencana invasi darat Israel ke Kota Rafah di Gaza selatan yang dihuni lebih dari 1 juta warga Palestina yang berlindung dari perang Israel-Hamas. “Invasi besar-besaran di Kota Rafah akan menjadi bencana kemanusiaan. Kami minta Israel membatalkan (rencana) itu,” kata Tedros di platform media sosial X.

 

“Kami mendesak semua pihak untuk mengusahakan gencatan senjata dan perdamaian yang kekal," katanya, menambahkan. Pernyataan Tedros itu muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa bersumpah akan menyerang Rafah, meski ada laporan tentang kemungkinan perjanjian gencatan senjata dengan Hamas. Netanyahu mengatakan militer Israel akan mendatangi Rafah untuk menghancurkan pasukan Hamas di sana “dengan atau tanpa perjanjian”.

 

Israel terus membombardir Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Lebih dari 34.500 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak, terbunuh dan ribuan orang lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan krisis kebutuhan pokok. Selama lebih dari enam bulan perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur dan 85 persen penduduknya mengungsi di tengah kelangkaan bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan akibat blokade oleh Israel, menurut PBB.

 

Sumber: Anadolu

Page 6 of 1161